watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

MEMBAUR KE KAMPUNG

Petualanganku di dunia birahi sudah malang
melintang. Dimana pun lokasi syur di Jakarta
sudah pernah ku datangi. Ada satu tempat
favoritku di daerah Jakarta Timur. Tempat itu
memang untuk kelas bawah, tapi aku
menemukan keunikan tersendiri di situ.
Ceweknya banyak yang muda-muda dan masih
polos seperti orang desa. Dandanannya pun
masih seperti di kampungnya.
Aku akhirnya punya langganan, namanya
Katem, tapi lalu kuganti namanya jadi Ami. Jadi
aku panggil dia Ami. Dia akhirnya terbiasa. Suatu
hari dia bercerita ingin pulang kampung. Aku
menawarkan diri mengantarnya sampai ke
rumahnya. Dia dengan senangnya menyambut
tawaranku. Kami akhirnya janjian untuk
berangkat bersama.
Kami janjian ketemu di halte mikrolet di dekat
pasar. Dari situ kami menuju Pulo Gadung untuk
mengambil bus jurusan Cirebon.
Baru sekali itu aku naik bus dari Pulo Gadung dan
bersama cewek. Sorry aku lupa
menggambarkan bagaimana profil Mia. Usianya
sekitar 15 tahun, mukanya manis, kulitnya agak
gelap tingginya sekitar 155 cm. Rambut lurus
sebahu. Bicara kurang lancar berbahasa
Indonesia, dia sekolah sampai kelas 4 SD.
Sekitar 3 jam setengah akhirnya kami sampai di
pemberhentian sebelum kota Indramayu. Sebut
saja KS, kami menyeberang jalan, dan di situ
sudah ada puluhan ojek. Mia menyebut nama
kampungnya dan kami menyewa 2 ojek dengan
ongkos masing-masing 20 ribu. Rupanya
tempatnya jauh juga masuk kedalam.
Di kampung-kampung Indramayu dan
Karawang, cukup banyak orang tua yang
menganjurkan anaknya jadi pelacur. Jadi mereka
sama sekali tidak keberatan ketika anaknya punya
tamu. Bagi ortunya tamu itu adalah rejeki dan ini
masuk area bisnis jadinya. “anak nginep disini
aja, pulang ke jakarta besoklah, ngapain buru-
buru pulang,” kata bapaknya. Jadi sebelum gw
memohon sudah ditawari so ya why not
kan. Lantas gw keluarin Rp 100k kasi langsung
sama emaknya. ” Mak ini buat beli makanan,
nanti malam saya makan disini.”
Wah itu emak langsung buru-buru pergi,
pulangnya nenteng ayam hidup, lalu bapaknya
suruh motong tuh ayam. Malamnya
hidangannya adalah ayam goreng, sambel dan
lauk berkuahnya 2 bungkus indomi direbus
dengan banyak air. Yang makan berenam. Adik
si cewek ada 2 soalnya. Gw gak bisa makan
banyak, tapi dipaksa juga. Gw kurang selera,
karena ayamnya masih keras dan masih bau
amisnya ayam. Gw telen-telenin aja, abis
kepaksa. Mau makan indomienya. Biasanya dua
bungkus gw makan sendiri, ini dua bungkus
dimakan berenam. Wah gw jadi gak enak body.
Abis makan gw keluarin 50 k kasi ke bapaknya
untuk beli rokok dan 50k lagi gw kasi ke dia juga
dengan pesen untuk keamanan.
Wekkk rumah tuh bapak akhirnya dijagain 2
hansip kampung semalaman. Buset deh, jadi
raja minyak gw di kampung ini. Abis makan
bukan terus tiarap, ngobrol dulu ama bokapnya
ke utara-selatan. Yah bisa-bisa gw menerka
minat obrolan dia. Begitu gw tau dia tertarik ama
pertanian. Gw keluarin jurus-jurus dewa mabok
gw untuk mengimbangi percakapannya. Bukan
mau sombong sih diajak ngomong soal apa aja
dari mulai menanam padi sampai nuklir korea
utara gw bisa njabani. Kalo soal olah raga gw
nyerah deh, gak hobi. Namanya ilmu dewa
mabuk, si bapak jadi kalah ilmu ama gw,
wakakakak. Gw inget hari itu dia nanya-nanya
nanem apa yang hasilnya lumayan. Gw bilang
semangka tanpa biji bagus tuh pasarnya. Dia
bingung, semangka tanpa biji yang
ditanam apanya. Gw bilang ya biji, ada tuh
bibitnya di jual kalengan cuma harganya rada
mahal. “mau dong” kata bapaknya. Yah nanti
deh kalo sy kemari lagi.
Ngobrol sampai jam 10 an sambil minum kopi
dan makan kacang garuda. Akhirnya tuh bapak
nyadar juga dan nyuruh gw istirahat. ”
Kamarnya udah disiapi, silahkan nak istirahat
dulu.”. Jam 10 malam di kampung, sunyinya
kayak orang tuli, mana gelap lagi. Tapi gw PD aja
meski rada was-was juga, Gimana gak PD
rumah dijagai 2 hansip. Kayaknya hansip
kelurahan.
Was-wasnya kalau ada apa-apa gw lari kemana.
Gw kan gak bawa kendaraan. Oh ya gw lupa.
Kalo masuk kampung pedalaman gitu dan mau
nginep jangan bawa mobil,
mencolok bo. Orang jadi banyak perhatiin kita.
Kalo kita datang naik ojek, kita jadi membaur dan
gak kelihatan mentang-mentang.
Si bapak nunjuki kamar tidur untuk gw, dan
anak perempuannya udah tiduran di situ.
Kamarnya cuma diterangi lampu minyak dan
yang istimewa tempat tidurnya pake kelambu.
buset dah seumur-umur gw baru pernah kali itu
tidur pake kelambu.
Tadinya pengen malu, tapi karena bapaknya
nganjurin gw tidur ama anaknya, gw jadi
bingung pengen malu ama siapa wakakakakak.
Besok paginya gw rada kesiangan bangunnya,
malemnya kebanyakan tiarap kali ya. eh si cewek
walau udah bangun tapi dia belum keluar dari
tempat tidur.Mungkin nunggu sampai gw juga
bangun.Wah setia banget.
Di luar udah disiapi kopi dan nasi goreng.
Wuissh raja minyak diservice abis.
Gw salut ama diri gw sendiri, sebab petualangan
itu gw jalani sendiri tanpa kawan. nekat abis. Gw
akhirnya nginep lagi semalem, mengingat dana
dikantong masih mencukupi dan gw rasa aman-
aman aja. Seharian di kampung gw ditemani
tetangganya (laki-laki) nyewa motor muter-
muter di kampung. Eh dia malah nunjuki potensi
cewek di desanya. Jadi gw dikenali ama banyak
cewe. Buset banget, ternyata banyak yang ok.
Gilanya dia nawari perawan. Bukan satu, kalo gw
nggak salah inget ada 3 semuanya dikenali ke
gw.
Tetangga sebelah si Mia ini rupanya juga lagi
pulang kampung. Gilanya dia kelihatan lebih
muda, mungkin usianya masih 13 – 14 tahun .
Aku diperkenalkan dan dia mengaku kerja
(melacur) di daerah Cilincing. Tempat yang dia
sebutkan itu belum pernah aku datangi.
Setelah nginap semalam aku kemudian pamit
kepada orang tua si Mia. Diantar oleh
tetangganya aku berangkat dari rumah Mia. Heri
begitu nama tetangga Mia yang menjadi
penunjuk jalan.
****
Aku bukan sungguh-sungguh pulang tapi
pindah nginap di kampung yang letaknya jauh
lebih ke pelosok. Tujuannya adalah rumah Nani.
Anaknya manis agak tinggi sekitar 160 usianya
juga masih amat belia sekitar 15 tahun. Dia
termasuk stok baru, karena belum pernah
dikaryakan. Kata Heri Nani baru cerai. Padahal
mereka belum genap 3 bulan kawin. Seperti
diceritakan Heri, orang-orang di kampung itu
banyak yang kawin singkat hanya untuk
mengejar status janda. Dengan status janda, dia
bisa punya KTP dan bisa kerja ke kota.
Rumah Nani tidak begitu besar, berdinding
separuh tembok separuh bambu anyaman
(gedek).. Kami disambut seorang wanita usianya
sekitar 32 tahun, dia adalah ibunya Nani.
“Mari mas masuk,” katanya mempersilahkan
kami.
Aku memilih duduk di bale-bale (amben) bambu
di teras rumahnya. Sementara itu Heri masuk
bersama ibunya Nani, sepertinya ada yang
mereka rembukkan.
“Dari mana mas,” tanya ibu si Nani.
“Jakarta,” jawabku singkat.
Maknya si Nani ini kelihatan akrab sekali,
sedangkan aku masih rada kikuk. Aku merasa
malu karena niatku akan menginap di rumah itu,
kayaknya vulgar banget. Tapi Bu Karta begitu dia
mengenalkan namanyam dia pintar sekali
mencairkan suasana, dan dia sudah tau betul
niatku .
“Mas tunggu sebentar ya, si Nani lagi mandi,
katanya.
Kami mengobrol macam-macam sampai aku
tahu bahwa Bu Karta ini juga janda dengan 2
anak. Anak yang pertama laki-laki sekarang kerja
di Jakarta.. Jadi mereka hanya tinggal berdua.
“Masnya jadikan menginap di sini,” tanya Bu
Karta.
“ Kalau ibu boleh, ya saya mau,” kataku.
“Ya boleh lah mas, hotel dari sini jauh, tapi disini
rumah kampung, nggak ada listrik, rumahnya
juga jelek, nggak kayak rumah di Jakarta,
gedongan semua,” katanya merendah.
Heri memberi kode agar aku ikuti dia. Heri
membrief aku , bahwa semuanya oke dan ada
juga uang keamanan. Dia mau pamit, dan aku
minta dia datang lagi besok jam 10 pagi.
Heri kemudian pamit kepada mak nya Nani dan
segera ngacir.
Perutku sudah rada kroncongan karena sekarang
udah jam 1 siang. Kutarik 5 lembar uang 20
ribuan dan kuserahkan ke Bu Karta. “ Ini bu
untuk beli makanan, siang ini ibu beli indomi
bangsa 5 bungkus, minyak goreng dan kalau
ada sedikit tepung sagu (kanji), lainnya beliin
tempe dan cabe rawit ijo juga bawang putih.
Ibunya masuk ke dalam rumah sebentar dan
keluar lagi membawa secangkir kopi. Tak lama
kemudian datang belanjaan. Rupanya Bu karta
minta tetangganya untuk belanja , pantesan dia
gak beranjak dari tadi.
“Mas tepung sagunya mau dibuat apa ya,”
katanya.
“Mau buat mi bu,” kata ku.
“ Ah jangan panggil bu ah, panggil mbak aja,
kayaknya kok jadi tua banget ,” katanya sambil
matanya genit..
“Boleh saya masak mi nya di dapur bu,”
“Eh masnya pinter masa yaa, tapi dapurnya jelek
dan kotor” katanya lalu membibimbingku ke
bagian belakang rumahnya.
Aku berpapasan dengan Nani yang berbalut
handuk masuk dari belakang rumah. Dia malu-
malu menundukkan muka , langsung masuk
kamar.
Aku meminta 3 bungkus indomi untuk
digoreng .
“Sini mas kita saja yang goreng,” kata bu karta.
Orang di Indramayu ini menyebut kita untuk
aku.
Setelah mi di goreng aku minta dia merebus air
dan pinjem mangkuk untuk mencampur air
dengan tepung sagu . “ Segini cukup gak mas
airnya.
“Kurangi dikit mbak.”
Setelah air menggelegak aku masukkan air
campuran dengan kanji dan bumbu mi
instannya. Setelah mendidih dan kuah agak
mengental kuminta dipindahkan ke tempat lain.
Sekarang makanannya sudah siap.
Mas kita cuma punya nasi ama ikan asin. Lalu
kami pun mengelilingi meja makan yang
posisinya ditempelkan ke tembok dengan 4
kursi. Aku duduk di tengah, disamping ku Nani,
dan di kiriku Bu karta.
“Wah enak mi-nya mas, masnya pinter masak
juga ya,”
” Ini namanya ifumi, tapi sebenarnya bumbunya
lebih lengkap dari ini ada sayur, ada bakso, baso
ikan, dan udang segala, tapi karena adanya ini ya
begini aja lah,” kata ku . “Enak ya mak, kita jadi
pengin nambah mi nya lagi,” kata Nani yang
makan sambil duduk kakinya diangkat satu
(metingkrang).
“Mas itu ada tempe mau diapain, biar kita yang
ngerjain,” kata mak Karta.
“Digoreng aja biasa mbak,” kata ku.
Dia lalu menghilang ke belakang tinggal aku dan
Nani di ruang yang rada gelap. Kami ngobrol
dan aku mengorek banyak informasi. Katanya
dia sudah ditawari kerja ke Jakarta, Tapi maknya
belum ngasih karena sendirian di rumah.
Gak terasa sudah jam 4 sore, cuaca mulai teduh.
“ E mas-e mau mandi kan, ayu bareng kita ke
belakang saya unjukin tempatnya.” kata mak
Karta.
Aku segera mengorek isi tas ku mengambil
sabun cair, handuk dan celana pendek serta kaus
oblong, juga sikat gigi.
Maknya Nani juga kelihatannya bawa
perlengkapan mandi nani juga . mereka masing
masing menjinjing ember kecil. Mereka mau
mandi juga nampaknya.
Kami sampai di halaman belakang yang jaraknya
sekitar 10 m dari rumah ditengh kebun
singkong. Di situ hanya ada ponpa tangan dan
ember yang lebar. Tidak ada dinding, sehingga
sama sekali terbuka. Aku melihat ke sekeliling,
tidak ada bangunan apa pun . Ternyata kamar
mandinya ya di pompa itu. Di situ hanya ada
dua tonggak yang dihubungkan dengan kawat.
Maksudnya mungkin untuk jemuran. Mereka
berdua lalu melampirkan handuk, dan baju-baju
mereka.
Kulihat mereka gak bawa sarung, aku jadi mikir
nih mereka mandinya gimana. Aku diam aja
sambil pura-pura terlihat biasa sambil
menyampirkan baju-bajuku dan membuka
semua pakaianku kecuali celanda dalam yang
memang bentuknya boxer.
Si mak giat sekali memompa. Aku segera
mengambil alih memompa . Astaga mereka
berdua membuka semua bajunya sampai
telanjang bulat di depan ku lalu jongkok di
pinggir ember. Dengan gayung bekas kaleng
susu mereka membasahi semua badannya lalu
menyabuni tubuhnya Aku terus memompa
sambil pura-pura cuek, padahal dedeku mulai
mengembang.
“ Udah itu mas air juga udah penuh masnya
juga mandi sini, kata si mak,”
Aku tidak mau kalah dengan aksi mereka, Aku
berbalik dan segera melepaskan celana dalam,
dan kugantungkan dengan bajuku. Kututup
burungku lalu aku jongkok berhadapan dengan
mereka. Pembatas kami hanya ember.
“Wah masnya gak biasa mandi di kampung jadi
masih malu ya mas,” kata Mak karta.
Aku hanya nyengir, “Ah nggak mbak, Cuma
burungku susah diatur,” kataku berkilah.
Mas nya gak biasa sih jadi burungnya kaget kali,
“ kata bu Karta.
Ibu nya si Nani ini tampak makin cantik ketika
semua rambutnya dibasahi. Toketnya cukup
montok mungkin ukuran 38 , perutnya agak
gendut sedikit, tapi masih bisa digolongkan
ramping untuk seumuran dia, pantanya buset
gede banget, begitu juga pahanya. Badannya
putih mulus pula.
Nani badan gadis remaja Teteknya masih
mancung menantang dengan putting kecil yang
belum berkembang, jembutnya masih jarang
sekali, berbeda sama jembut ibunya.
Karena mereka cuek, aku juga cuek aja, meski
pun barangku ngacung terus. Ah normal aja
pikir ku, laki-laki dekat perempuan telanjang pula
pastilah on. Gitu dong mas jangan malu-malu,
Komentar ibunya sambil dia mengambil
semacam sabut untuk menggosokkan
badannya. Aku diberinya satu sabut yang
kuperhatikan bentukunya bulat panjang seperti
gambas atau oyong. Aku tenang saja
menggosok badan ku sambil berdiri dan mereka
berdua juga akhirnya berdiri sih. Mas sini aku
gosok punggungnya dan mas gosok
punggunya Nani. Kami pun lalu berbaris saling
menggosok. Mulanya aku menggosok
punggung Nani, Tapi lama-lama tangan ku gak
tertahan meremas pula tetek si Nani. Tapi dia
diem aja. Si Ibu masih terus menggosok, tapi
tidak hanya punggung juga sampai ke kaki-kaki
pula Eh lama-lama naik sampai ke dekat dede ku.
Di bagian vital itu disabuninya pula tapi gak pake
sabut. Aku jadi menggelinjang gak karuan. Eh
dia malah lama sekali berputar-putar menyabuni
dedeku. Aku jadi gelap mata kutarik si Nani lalu
kucium. Nani membalas. Aku udah kehilangan
akal, sampai gak terasa kalau dedeku dibasuh air.
Tapi aduh ternyata burungku dilomot sama si
ibu. Buset kok jadi orgi di kebun singkong gini.
Aku tidak bertahan lama segera muncrat di
dalam mulut si ibu. Dia buang air mani ku . Aku
segera menempelkan barang ku ke pantat si nani
yang kupeluk dari belakang sementera tanganku
sudah dari tadi mengorek-korek itil si Nani
sampai dia muncak juga nampaknya. Aku
kemudian berbalik ke si emak dan kurangkul dia
lalu kucium mulutnya. Dia membalas dengan
ganas. Tangan ku tak hanya meremas teteknya
yang super toge, tapi juga mulai mengelus-elus
mekinya.. Aku mau balas dendam. Perlahan-
lahan kujilati tubuhnya kebawah sampai akhirnya
aku berlutut dan di depanku terpampang memek
berjembut lebat. Lidahky mencari sendiri belahan
memek sambil tanganku menyibak hutan rimba.
Memeknya tidak ada baunya, malah cenderung
bau sabun. Mulutku kubekap ke memeknya dan
kaki kirinya kupanggul dipundakku.Si emak
berpegangan ke tiang sambil mendesis-desis.
Gak sampai 2 menit dia sudah muncak dan
sambil mengerang. Barangku jadi keras lagi aku
segera berdiri dan kusuruh si emak
membungkuk dengan sekali tusuk masuklah si
dede ke meki emaknya dari belakang .
Aku sungguh terpesona dengan pemandangan
pantat yang demikian besar membulat aku
tabrak-tabakkan badan ku ke pantat si emak dan
si emak mengimbanginya dengan mendesis-
desis. Nani yang jongkok sambil mengguyur
badannya memperhatikan kelakuan kami.
Kupanggil dia agar mendekat. Nani menurut lalu
aku sambil memompa emaknya aku gerayangi
badannya. Sekitar 5 menit si emak sudah bilang
“ udah-udahmas ampun mas saya lemes
banget,” katanya setelah dia meregang puncak
orgasme.
Sementara aku masih nanggung.Kini nani ku
minta nungging dan segera dedeku kuarahkan
ke memeknya dari belakang . Beda banget
memek sianak dengan si Mak, Si Emak tadi
mudah sekali mencoblosnya. Kalau sianak pake
rada dituntun baru bisa pelan-pelan masuk. Aku
kembali memompa dan karena ketatnya liang
nani aku tidak mampu bertahan lama baru
sekitar 5 menit aku sudah merasa akan
meledakkan lahar. Kucabut dari meki si Nani lalu
ku tembakkan ke udara bebas.
Si emak lagi di duduk dilantai lemes. “Si emas
jago banget maennya,” kata emak.
Kami lalu menuntaskan mandi dan segera kemlai
ke rumah. Kami jadi makin akrab dan aku segera
dibawanya masuk ke ruang tidur. Kamar tidur
itu adalah satu-satunya kamar tidur di rumah itu.
Di situ terbentang 2 kasur yang didempetkan
namun dengan dua sprei yang berbeda corak.
Aku disuruhnya istirahat tiduran. Dan mereka
berdua juga ikut tidur mengapit aku.
Si emak ini agresif sekali. Kalau bicara sebentar-
sebentar nyium pipiku. “Aku gemes sama si
emas abis cakep sih,” katanya.
Karena matahari masih mencorong dan kami di
dalam kamar yang tidak berventilasi, dengan
birahi tinggi maka badanku cepat sekali berkuah
alias berkeringat. “Panas banget boleh gak kita
buka baju, “ kata ku menyebut diriku dengan kita
menyesuaikan bahasa mereka.
Tanpa menunggu jawaban dari mereka aku
segera bangkit dan melepas tidak hanya baju
tetapi semua busana ku sampai aku telanjang
bulat. “ Kok dibuka semuanya,” kata si Nani.
“Abis panas, lagian kan tadi udah pada liat di
sumur, jadi malunya udah ilang,” kata ku.
“Idih,” kata Nani.
Aku kembali mengambil posisi di antara mereka
dan diam saja tidak bereaksi. Si emak langsung
meremas tol ku sambil menciumi pipiku.
Kelihatannya dia menginstruksikan anaknya
untuk juga menciumiku dari sisi lain. Nani
gerakannya masih canggung, tapi aku diam saja.
Emaknya bangkit sambil duduk mengintrusikan
anaknya untuk menciumi seluruh badan ku.
Aku protes agar mereka juga telanjang sehingga
kita bertiga sama posisinya. Emaknya lalu berdiri
membuka semua bajunya dan dia juga
menyuruh anaknya untuk membuka semua
bajunya juga..
Si emak kembali mengajari anaknya bagaimana
caranya menyenangkan laki-laki, sampai
akhirnya anaknya disuruh ngemut tool-ku. “
Jangan sampai kena giginya, nanti masnya
ngrasa sakit. Mulanya si Nani agak ragu. Tapi
kemudian ibunya memberi contoh dengan cara
mempraktekkannya langsung lengkap menjilat
kedua kantong zakarku sampai ke lubang
matahari
Aku yang menjadi bahan praktikum,
mengelinjang-gelinjang nikmat. Nani tampaknya
berbakat, karena dalam waktu relatif singkat dia
sudah menguasi ilmu oral-mengoral. Setelah
sekitar 10 menit kutarik tubuhnya ke atas lalu
kusuruh dia duduk di dadaku kusuruh maju
sedikit sampai mekinya tepat jangkauan lidahku.
Kukuak memeknya yang masih gundul dan baru
berambut sedikit. Benjolan kecil nampak
menonjol di ujung atas bibir dalamnya. Itu tanda
dia sudah cukup terangsang, Segera lidahku
menggapai clitoris sambil kedua tanganku
menahan pinggulnya yang kalau kulepas
gerakannya terlalu liar. Nani mendesis sambil
mengerang.
Dia kelihatannya lebih rame dari pada ibunya.
Ibunya yang dari tadi duduk saja
memperhatikan permainan kami tiba-tiba
bangkit. Aku tidak bisa jelas melihatnya, tapi aku
merasa dia duduk mengangkangi badanku
sambil menuntun tool ku yang lagi siaga ke
dalam mekinya. Blebesss, masuk semua barang
ku kedalam mekinya dan dia segera memaju
mundurkan pinggulnya. . Toolku seperti diulek
atau dikacau (stir). Kosentrasiku jadi terbelah.
Tapi aku berusaha memuatkan serangan lidahku
secara konstan di ujung clitoris si Nani. Nani
makin hot terlihat dari gerakannya yang
melawan tahanan tanganku.
Aku semakin keras menahan pinggul nani agar
dia tidak menggelinjang terlalu liar. Akhirnya Nani
sampai dan dia menjerit. Aku lalu
membenamkan mulutku di meki nani. Ibunya
nampaknya terpengaruh dengan teriakan Nani
sehingga dia pun lalu mempercepat gerakkannya
dan semakin liar sampai akhirnya dia juga
berhenti dengan liang vaginanya berkedut. Dia
memeluk anaknya .
Keduanya aku minta tidur telentang untuk
istirahat. Aku mengambil alih dengan
mencolokkan jari tengah kanan ke Nani dan jari
tengah kiri ke emaknya. Aku meraba titik G spot
mereka. Keduanya akhirnya teraba. Lalu ku usap
halus. Mereka mulai bereaksi dan pinggulnya di
gerakkan gak beraturan, kadang maju mundur
kadang kiri-kanan, sampai tiba-tiba Nani teriak
sekencang-kencangnya gak sampai semenit
Emaknya juga ikut teriak panjang..
Mereka berdua seperti orang tak berdaya lemas
dan pasrah. Aku segera mengambil alih untuk
memuaskan diriku. Pertama kupilih meki
emaknya, kugenjot sampai sekitar 10 menit,
kemudian aku pindah ke nani dan kugenjot terus
sampai akhirnya aku memuntahkan lahar putih
jauh di dalam meki si Nany.
Kami tertidur bertiga dalam keadaan bugil..
Aku tidak sadar berapa lama tertidur sampai
kudengar suara samar-samar emak si nani
bangun .dia mencari lampu untuk dihidupkan,
karena seisi rumah itu gelap gulita. Lampu yang
dinyalakan adalah lampu minyak. Aku pun lalu
bangun dan akhirnya kami bertiga dengan obor
menuju ke sumur untuk membersihkan diri.
Aku merasa kayak punya dua istri dua di
kampung ini. Tapi uniknya kedua istri itu anak
dan ibu. Keduanya berlaku manja sekali dan
sering menggelendot..
“Mas tempenya udah digoreng, mau dimasak
apaan” kata si emak.
:”Diulek pake 1 siung besar bawang putih dan
cabe rawit ijo, tapi cabe dan bawangnya diulek
dulu sama garam, jangan terlalu alus baru
tempenya di teken-teken ke sambelnya,” kata ku.
Dengan lauk tempe itu kami bertiga makan
malam dengan lahapnya. “Enak banget ya
padahal Cuma gitu aja bikinnya, “ kata si emak.
Selesai makan kami duduk di beranda rumahnya
sambil aku dibuatkan kopi dan singkong rebus.
Kami ngobrol sampai sjam 11 malam. Lalu
kembali masuk rumah dan menutup pintu. Kami
bertiga kembali berbaring dan aku selalu
ditempatkan diantara mereka berdua.
Kami malam itu bertempur lagi sampai jam 2.
Sampai akhirnya bangun agak kesiangan . Jam 7
baru kami terjaga dari tidur nyenak. Lalu kami
buru-buru berkemas dan kembali ke sumur
untuk membersihkan diri. Di sumur tidak terjadi
insiden.
Jam 10 si Heri datang untuk menjemput aku. Si
emak minta agar aku memperpanjang waktu
dan minta Heri datang besok lagi


Adult | GO HOME | Exit
1/1069
U-ON

inc Powered by Xtgem.com